Senin, 20 Desember 2010

Mengatasi Sakit Kepala


Seperti flu dan pilek, sakit kepala adalah gangguan kesehatan yang paling banyak terjadi. Nyaris semua orang pernah mengalaminya, terutama wanita. Gejalanya biasanya berupa rasa nyeri di sekitar daerah kepala dan leher. Bisa berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.

Penyebabnya sangat banyak, lebih dari 200-an. Bukan hanya penyakit di sekitar kepala dan leher saja, tapi penyakit di organ tubuh lain. Jadi, bukan pekerjaan mudah bagi dokter untuk menjawab pertanyaan, “Dok, saya sudah satu bulan ini sering sakit kepala. Apa ya penyebabnya?”. Untuk menjawab pertanyaan ini dokter harus melakukan pemeriksaan menyeluruh meliputi urusan makan, istirahat, kerja, stres, riwayat penyakit dan sebagainya.

Untuk memudahkan identifikasi, jenis sakit kepala dibagi menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan penyebabnya, sakit kepala dibedakan menjadi dua, yaitu sakit kepala primer dan sekunder. Disebut primer jika sakit kepala itu adalah gejala utama. Disebut sekunder jika merupakan gejala dari penyakit lain seperti infeksi, hipertensi atau tumor.

Migrain
Di kelompok primer, ada dua jenis sakit kepala yang sering terjadi, yaitu sakit kepala tegang otot dan migrain. Lebih dari 80 persen sakit kepala yang lazim kita jumpai termasuk dalam kategori tegang otot. Gejalanya berupa rasa nyeri seolah-olah kepala diikat dengan kuat.
Jenis kedua yang paling sering terjadi adalah migrain. Lagi-lagi pada orang dewasa, sakit kepala jenis migrain ini lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Gangguan migrain bisa bersifat genetik. Biasanya penderita migrain juga punya riwayat keluarga yang sama-sama menderita migrain.

Migrain berupa sakit kepala hebat yang berdenyut-denyut. Bisa terjadi di kedua sisi kepala, tapi umumnya hanya menyerang satu sisi. Makanya orang awam menyebutkan “sakit kepala sebelah”. Selama mengalami migrain, penderita biasanya menjadi sensitif terhadap cahaya dan suara. Sedemikian sensitifnya sehingga cahaya lampu biasa pun bisa sangat menganggu. Kadang migrain juga disertai dengan rasa mual dan perasaan seolah-olah lengan atau tungkai ditusuk jarum-jarum halus.

Sakit kepala primer bisa disebabkan oleh banyak fator, antara lain:
1.    Perubahan hormonal
Inilah jawaban kenapa sakit kepala lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Wanita punya siklus hormonal yang menyebabkan kadar estrogen naik turun. Sakit kepala biasanya terjadi menjelang atau selama menstruasi. Sebagian perempuan mengalaminya saat hamil, menopause, atau minum pil kontrasepsi (pil KB).

2.    Makanan
Misalnya pemanis buatan aspartam, minuman tinggi kafein, penyedap rasa MSG, makanan tinggi garam, makanan awetan, alkohol (misalnya pada wine), cokelat, keju jenis tertentu. Bisa juga karena pola makan, misalnya telat makan.

3.    Cemas dan stress
Tak perlu heran jika stres ini bisa menyebabkan banyak sekali penyakit. Lewat mekanisme mind-body connection, stress bisa menjadi pemicu nyeri di kepala. Stres ini bisa berasal dari stres kerja di kantor maupun problem rumah tangga. Otak sendiri sebetulnya tidak bisa merasakan nyeri karena otak tidak memiliki saraf yang sensitif terhadap rangsangan nyeri. Nyeri disebabkan oleh saraf-saraf di wilayah kepala dan leher.

4.    Rangsangan indera
Cahaya yang terlalu terang, paparan langsung sinar matahari atau suara yang bising. Bisa juga berupa bau parfum yang menyengat, uap cat atau asap rokok.

5.    Perubahan pola tidur
Misalnya kurang tidur, terlalu lama tidur, jam tidur yang berubah-ubah (karena kerja shift, contohnya) atau jet lag.

6.    Faktor fisikal
Misalnya bekerja terlalu capek atau melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat.

7.    Peubahan lingkungan
Contohnya ruangan baru, kantor baru, tempat tinggal baru. Bisa juga karena perubahan cuaca atau perubahan status perkawinan, yang awalnya jomblo kemudian punya pasangan.

8.    Putus obat atau bahan tertentu
Misalnya jika seseorang biasa minum kopi atau merokok, lalu dia menghentikan kebiasaan ini, maka ia bisa mengalami sakit kepala karena otaknya sudah terbiasa mendapat suplai kafein dari kopi atau nikotin rokok.

9.    Ketegangan otot leher atau otot di daerah kepala
Sebut saja terlalu lama berada di depan komputer atau menonton televisi, salah postur saat tidur. Bisa juga karena ketegangan otot penglihatan. Misalnya kita mestinya sudah memakai kacamata tetapi memaksakan diri banyak membaca tanpa kaca mata. Ini juga bisa memicu sakit kepala.

10.  Pemakaian obat
Salah satu contoh adalah pemakaian obat sakit kepala terus menerus. Mungkin ini terdengar aneh, tapi memang begitulah sifat obat. Jika kita sakit di kepala, lalu minum obat anti nyeri, maka sakit itu bisa hilang sesaat. Namun, jika kita terus-terusan minum obat tertentu, maka obat itu justru bisa memicu sakit kepala.

11.  Gas polutan
Misalnya terlalu banyak menghirup asap knalpot.

12.  Dan sebagainya
Masih ada sangat banyak pencetus yang mungkin masuk kategori “dll” ini. Tidak mungkin disebut satu per satu karena memang sakit kepala bisa disebabkan oleh beberapa ratus faktor. Sakit kepala sangat berkaitan dengan gaya hidup.

Atasi Akar Masalahnya
Jika penyebabnya begitu banyak, bagaimana kita bisa mengobatinya? Disinilah pentingnya kita mengenali penyebabnya dengan tepat. Kekeliruan mengidentifikasi penyebabnya bisa menyebabkan sakit kepala terus berulang dan menjadi kronis.

Pengobatan harus meliputi dua hal, yaitu pengobatan simptomatis (mengatasi rasa nyerinya) dan pengobatan kausatif (menghilangkan penyebabnya). Keduanya harus dilakukan beriringan.

Untuk mengatasi rasa nyeri, kita bisa menum obat-obat yang dijual bebas di apotek, seperti parasetamol (asetaminofen), aspirin (asam asetil salisilat), propifenazon, asam mefenamat, dll. Untuk sakit kepala jenis migrain, obat antinyeri biasanya ditambah dengan kafein.

Namun, harap dicatat, obat-obat ini hanya bekerja menghilangkan rasa nyeri. Jika masalah utama penyebab sakit kepala tidak diselesaikan, maka nyeri bisa saja timbul berulang-ulang.

Setelah rasa nyeri diatasi, maka si biang keladi nyeri juga harus diselesaikan. Misalnya, jika sakit kepala dipicu oleh pola tidur yang tidak teratur, maka penderita juga harus mengatur pola tidurnya. Jika penyebabnya adalah stress kerja, maka penderita harus mengatasi dulu problem kerjanya. Jika penyebabnya adalah hipertensi, maka penderita juga harus mengontrol tekanan darahnya. Sekali lagi, sakit kepala sangat berkaitan dengan gaya hidup secara umum. Obat anti nyeri saja tidak cukup. Harus disertai perubahan pola hidup.

Jika akar masalahnya tidak diselesaikan, sakit kepala cenderung menjadi kronis. Jika sudah kronis, umumnya penderita akan sangat tergantung kepada obat. Sedikit-sedikit minum obat. Bahkan, satu tablet kadang tidak mempan lagi lalu sampai harus menenggak dua tablet sekaligus. Selain akan membahayakan liver (hati), minum obat terus-menerus juga akan menyebabkan penderita lebih gambang terkena nyeri.

Kapan ke Dokter?
Sebagian besar kasus sakit kepala memang masuk kategori primer yang tidak membahayakan jiwa. Namun, pada beberapa kasus, sakit kepala bisa sangat membahayakan, terutama jika berhubungan dengan penyakit lain. Ada sangat banyak penyakit yang menimbulkan gejala sakit kepala. Sekadar menyebut contoh, hipertensi, tumor kepala, penyempitan pembuluh darah kepala, infeksi, radang, taruma kepala, dan masuk banyak lagi.

Sakit kepala bisa saja merupakan gejala dini sebelum serangan stroke, misalnya. Jika sakit kepala dianggap enteng dan hanya diatasi dengan parasetamol, maka akibatnya bisa fatal. Itu sebabnya penderita harus tanggap dan segera mengenali penyebabnya.

Umumnya sakit kepala tidak sampai mengharuskan penderita pergi ke dokter. Namun, untuk menghindari kemungkinan resiko yang lebih buruk, penderita sebaiknya pergi ke dokter jika:
1.    Sakit kepala sangat parah dan sampai mengganggu tidur.
2.    Disertai leher kaku, mual, muntah, demam, pandangan mata kabur, kesadaran menurun.
3.    Sakit kepala kronis,misalnya dalam seminggu terjadi 2-3 kali.
4.    Sakit kepala makin lama makin parah.

Agar penyebabnya mudah dikenali, penderita sangat disarankan membuat catatan lengkap. Misalnya kapan terjadinya nyeri, bagaimana rasanya, berapa lama, apa yang dimakan selama 24 jam terakhir, kapan dan berapa lama ia istirahat, adakah stres di kantor atau di rumah, atau obat apa yang diminum. Makin lengkap datanya, makin mudah dokter menemukan biang keladinya.

Sumber: Majalah Saji


Tidak ada komentar:

Posting Komentar